
Kita percaya… Pendidikan adalah kunci masa depan.
Kita percaya pada anak-anak yang tetap berangkat sekolah meski harus menembus jalanan berlumpur. Pada guru-guru yang terus mengajar dengan semangat, meski digaji tak sepadan. Pada para relawan pendidikan yang hadir tanpa pamrih, karena satu keyakinan: pendidikan bisa mengubah nasib.
Namun di balik semua kisah inspiratif itu, kita juga dihadapkan pada kenyataan yang tak bisa terus disangkal. Pendidikan Indonesia masih menyimpan banyak pekerjaan rumah.
Sistem regulasi yang kerap berubah justru membingungkan sekolah dan pendidik. Sarana dan prasarana masih timpang—di satu sisi sekolah di kota berlomba-lomba go digital, di sisi lain masih ada sekolah di pelosok yang kekurangan meja dan buku tulis. Jutaan anak Indonesia terpaksa putus sekolah karena kemiskinan yang belum juga terangkat.
Digitalisasi: Peluang atau Jurang Baru?
Di tengah arus digitalisasi global, pendidikan Indonesia juga didorong untuk bertransformasi. Tapi realitanya, transformasi ini belum sepenuhnya inklusif. Ketimpangan akses internet dan gawai memperlebar jurang antara yang siap dan yang tertinggal. Dan seperti biasa, yang tertinggal akan semakin tertinggal jika tak ada yang mengulurkan tangan.
Guru—garda terdepan pendidikan—dituntut beradaptasi cepat. Tapi banyak dari mereka yang tidak diberi cukup pelatihan, tidak diberi ruang untuk berkembang. Mereka berjuang di tengah tekanan administratif dan standar yang belum tentu relevan bagi murid-muridnya.

Visi 2045: Jauh di Mata, Jauh di Hati?
Kita sering mendengar visi Indonesia Emas 2045: pendidikan unggul, SDM berkualitas, masyarakat sejahtera. Tapi pertanyaannya, sudahkah visi itu benar-benar dirasakan oleh semua anak Indonesia hari ini?
Atau justru visi itu hanya menggema di ruang-ruang rapat, tanpa menyentuh ruang kelas di desa-desa?
Tanggung Jawab Kita Semua
Hari Pendidikan Nasional bukan hanya seremoni tahunan. Ini adalah momen untuk merenung dan bertanya: pendidikan seperti apa yang akan kita wariskan untuk generasi mendatang?
Karena pendidikan bukan hanya tugas guru. Bukan hanya kewajiban pemerintah. Tapi tanggung jawab kita semua. Sekecil apapun peran kita—menjadi relawan, menyebarkan informasi, membantu satu anak kembali sekolah—akan berarti besar jika dilakukan bersama.
Masa depan bangsa ini ditentukan oleh keberanian kita hari ini.
Keberanian untuk peduli. Untuk bergerak. Untuk menjaga harapan anak Indonesia tetap menyala.
Mari kita mulai dari hari ini, dari kita.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2025.
Mari terus bertanya, bergerak, dan memperbaiki—demi masa depan yang lebih adil dan bermakna untuk semua.
