Cilacap, 10 September 2025 — Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran vokasi serta memperkuat keterhubungan antara sekolah dengan dunia kerja, SMK Negeri 1 Kawunganten, Kabupaten Cilacap, bekerja sama dengan Vokasiana, menyelenggarakan Workshop Perencanaan Teaching Factory (Tefa). Kegiatan ini diikuti oleh para guru produktif dari berbagai program keahlian serta tim manajemen sekolah.

Teaching Factory (Tefa) merupakan pendekatan pembelajaran di SMK yang mengintegrasikan proses produksi atau jasa dengan kegiatan belajar. Melalui model ini, siswa tidak hanya mendapatkan teori di kelas, melainkan juga langsung mempraktikkan keterampilan mereka dalam suasana yang menyerupai dunia industri. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan relevan dengan kebutuhan lapangan kerja.

Guru sebagai Ujung Tombak Teaching Factory

Dalam workshop ini, para guru produktif diberikan pemahaman mendalam mengenai bagaimana merancang pembelajaran yang sesuai dengan standar industri. Salah satu materi penting adalah penggunaan pendekatan Lean Canvas Model untuk menyusun ide bisnis sederhana yang bisa diimplementasikan di unit produksi sekolah.

Guru adalah kunci utama dalam menggerakkan teaching factory. Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi fasilitator agar siswa bisa terjun langsung ke pengalaman nyata. Workshop ini kami rancang agar guru mampu membawa ide ke dalam praktik yang berkelanjutan,” ujar perwakilan tim Vokasiana dalam sesi pemaparan.

Dengan bekal ini, setiap program keahlian diharapkan dapat mengembangkan unit usaha sekolah yang tidak hanya mendukung proses pembelajaran, tetapi juga mampu memberi kontribusi nyata bagi pengembangan keterampilan siswa.

Peran Strategis Manajemen Sekolah

Selain guru produktif, manajemen sekolah juga memegang peran penting dalam implementasi teaching factory. Melalui workshop ini, pihak manajemen dilibatkan dalam menyusun strategi keberlanjutan, mulai dari dukungan kebijakan, penyediaan sumber daya, hingga pembukaan jejaring kerja sama dengan industri.

Kepala SMK N 1 Kawunganten menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen sekolah dalam menghadirkan lulusan yang lebih siap menghadapi perubahan dunia kerja.

Kami ingin lulusan SMK tidak hanya sekadar siap kerja, tetapi juga siap beradaptasi dan bahkan menciptakan peluang kerja baru. Teaching factory adalah jembatan nyata antara sekolah dengan dunia usaha dan industri,” ungkapnya.

Menguatkan Link and Match Pendidikan Vokasi

Kolaborasi antara SMK N 1 Kawunganten dan Vokasiana ini juga menegaskan pentingnya konsep link and match, yakni penyelarasan antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri. Teaching factory hadir sebagai solusi untuk menjembatani kesenjangan tersebut dengan menghadirkan pembelajaran yang berbasis praktik, inovasi, dan produksi nyata.

Lebih dari sekadar model pembelajaran, teaching factory diharapkan mampu menghasilkan produk dan jasa yang bernilai bagi masyarakat. Hal ini sekaligus menumbuhkan budaya wirausaha di lingkungan sekolah dan membekali siswa dengan pengalaman kerja yang aplikatif.

“Dengan adanya workshop ini, kami berharap lahir ide-ide kreatif yang tidak hanya memperkuat kualitas pembelajaran, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi sekolah, industri, hingga masyarakat sekitar,” tambah tim Vokasiana.

Vokasiana dan Komitmen untuk Pendidikan Vokasi

Sebagai mitra pendidikan, Vokasiana terus berkomitmen mendukung pengembangan talenta generasi muda Indonesia, khususnya lulusan SMK. Melalui berbagai program, pendampingan, dan asesmen, Vokasiana hadir untuk memastikan setiap siswa mampu menemukan potensi terbaiknya dan menyiapkan masa depan dengan lebih percaya diri.

Workshop teaching factory di SMK N 1 Kawunganten ini menjadi salah satu wujud nyata kolaborasi tersebut. Diharapkan, langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi SMK lain dalam memperkuat peran guru produktif, manajemen sekolah, serta menjadikan teaching factory sebagai model pembelajaran yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *