Semarang, 27 Mei 2025 – Di tengah berkembangnya industri kreatif digital, SMK Negeri 4 Semarang terus memperkuat perannya dalam mencetak talenta muda di bidang animasi. Salah satunya melalui penerapan Teaching Factory (TEFA) di jurusan Animasi, yang berhasil menggabungkan proses pembelajaran dengan praktik kerja nyata. Dalam konsep ini, siswa tidak hanya belajar teori, tapi langsung terlibat dalam proses produksi animasi menggunakan software 3D, dengan hasil yang layak tayang.

Kunjungan Vokasiana bersama Bapak Samuel JD Wattimena anggota DPR RI Komisi VII menjadi kesempatan untuk melihat lebih dekat bagaimana kegiatan di Teaching Factory dijalankan. Di ruang produksi animasi SMKN 4 Semarang, siswa terlihat serius dan fokus menggarap proyek animasi yang sedang dikerjakan. Mereka terbagi dalam tim, menjalankan peran masing-masing mulai dari penulisan naskah, desain karakter, storyboard, hingga proses animasi dan editing.

Bapak Samuel JD Wattimena memberikan apresiasi atas semangat dan kreativitas siswa-siswi yang sedang belajar sambil berkarya.

“Saya melihat anak-anak ini bukan sekadar mengikuti pelajaran, tapi benar-benar menciptakan sesuatu. Mereka dilatih untuk berpikir kreatif, menyelesaikan masalah, dan menghasilkan karya. Ini adalah model pendidikan yang menurut saya sangat relevan dengan tantangan hari ini,” ujarnya.

Teaching Factory bukan hanya soal alat dan ruang kerja, tapi juga soal membangun budaya kerja yang sehat dan kolaboratif. Para siswa terbiasa bekerja dengan tenggat waktu, menyusun jadwal produksi, menerima revisi, dan menyelesaikan proyek dengan standar kualitas tertentu. Proses ini membentuk kedisiplinan, rasa tanggung jawab, dan daya tahan terhadap tekanan kerja hal-hal yang sulit diperoleh hanya dari pembelajaran di kelas.

Dalam kunjungan tersebut, Fandhi, CEO Vokasiana, menyoroti pentingnya dukungan fasilitas dan sumber daya untuk Teaching Factory agar dapat berjalan optimal.

“Potensi anak-anak ini luar biasa. Tapi kalau kita ingin mereka berkembang lebih jauh, kita juga harus bertanya: mereka butuh apa? Bisa jadi mereka kekurangan perangkat yang memadai, software terbaru, atau ruang kerja yang lebih mendukung proses kreatif. Hal-hal teknis seperti ini penting kalau kita ingin hasilnya maksimal,” jelasnya.

Vokasiana, sebagai platform yang fokus pada pengembangan pendidikan vokasi, melihat Teaching Factory sebagai langkah konkret untuk menjembatani kesenjangan antara pendidikan dan dunia kerja. Model seperti ini membuat siswa tidak hanya siap bekerja, tapi juga siap berkarya dan berinovasi. Mereka belajar menyampaikan ide, mengeksekusinya dalam bentuk visual, dan menyelesaikan karya secara utuh sebuah pengalaman belajar yang sangat berharga di usia muda.

Kunjungan ini juga menjadi pemantik semangat kolaborasi antara sekolah, dunia industri, dan pemangku kebijakan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, Teaching Factory dapat dikembangkan lebih luas, tidak hanya di bidang animasi, tapi juga di jurusan-jurusan lain yang membutuhkan sentuhan praktik kerja nyata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *